Langsung ke konten utama

Makhluk Sosial


Manusia sejatinya diciptakan sebagai makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan manusia lain. Allah SWT menciptakan manusia dari laki - laki dan perempuan, kemudian beranak pinang, sehingga bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa, tujuannya agar mereka bisa saling menngenal dan membantu satu sama lain dalam berbagai segi kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al HUjurat ayat 13 :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13)

Berdasarkan ayat ayat di atas, Allah SWT menciptakan manusia jumlah bukan tunggal, melainkan banyak dan terus beranak pinak, dan diantara manusia tersebut, Allah SWT memuliakan orang yang palin bertaqwa. Taqwa disini dalam artian bahwa menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. 

Jadi sudah jelas bahwa kita sebagai hamba Allah, harus senantiasa peka terhadap sosial di sekitar kita, karena memang manusia didunia sudah menjadi kodratnya untuk saling membutuhkan. Saling membantu satu sama lain dalam berbagai segi kehidupan. Mulai dari kebutuhan pokok, sampai dalam bidang politik, manusia memerlukan kerja sama dengan yang lainnya.

Misalnya saja dalam memenuhi kebutuhan pokok, untuk menanak nasi, tidak mungkin seorang manusia menanam padi sendiri, kemudia memanen sendiri, membuat kompor sendiri, belum lagi lauk pauknya. Mutlak butuh kerja sama dengan orang lain. Belum lagi dalam tingkatan politik, para penguasa yang memiliki jabatan di pemerintahan jelas ada masyarakat kalangan bawah yang menjadi pemilih mereka.

Nabi Adam AS saja masih membutuhkan orang lain, beliau dipasangkan dengan Siti Hawa oleh Allah SWT. Kemudian dari mereka, Allah SWT memberikan keturunan laki-laki dan peremuan secara berpasangan yang jumlahnya encapai 40 anak (20 pasang). Nama Qobil dan Habis adalah nama-nama anak Nabi Adam AS yang disebut dalam Al Qur'an. Dari keturunan Anak Nabi Adam AS dan Ibu Siti Hawa tersebut, jadilah manusia yang sangat banyak hingga menjadi berbagai macam suku dan bangsa di dunia ini.

Dari sekian banyak manusia didunia ini sejak zama Nabi Adam AS sampai nanti kiamat, Allah SWT akan memuliakan sebagian hamba-hamba-Nya, yaitu mereka yang paling bertaqqa kepada-Nya. Manusia yang menggunakan umurnya untuk menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu perintah Allah SWT dalam bidang sosial kemasyarakatan adalah saling tolong menolong. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِى سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَناَبِلَ فِى كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِّائَةُ حُبِّةٍ وَاللهُ يُضعَفُ لِمَنْ يَشاَءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ (البقرة : 261)

Artinya : “Perempamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi MAha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 261)

Pada saat manusia berbuat kebaikan kepada manusia lainnya, Maka Allah SWT akan memberikan balasan berlipat ganda, bahkan tak terhitung banyaknya balasan dari Allah SWT sesuai yang dikehendaki-Nya. karena Allah SWT Maha Kaya dan Maha Luas Karunia-Nya serta Maha Mengetahui segala sesuatu di dunia ini.

Jika manusia bisa menerapkan perintah Allah SWT seperti dalam Surat Al Baqarah ayat 261, niscaya tidak akan terjadi ketimpangan sosial di masyarakat, dimana kondisi yang kaya semakin kaya dan yang miskisn semakin miskin karena kondisi perekonimian di kuasai oleh si kaya. Semoga Allah SWT selalu meberikan kita Hisayah-Nya agar kita selalu beriman dan bertaqa kepada-Nya. Amin ya robbal 'alamin.

Wallahu A'lam Bishawab
"dan Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui"

#1day1nspiration
#NGOPI Ngobrol Pakai Inspirasi Islami
#KhazanahAswaja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susunan Lengkap PBNU 2015 - 2020

Tak kenal maka tak sayang, itulah yang sering kita dengar. Sebagai seorang nahdliyin (Nahdlatul Ulama), mungkin sebagian besar tidak tahu siapa saja yang menjadi pengurus NU di pusat, atau biasa disebut dengan istilah PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) yang berpusat di Ibu Kota Negara, yaitu Jakarta. Mayoritas para nahdliyin hanya mengikuti secara ritual ibadah mengikuti ASWAJA, namun dalam hal keorganisasian agak sedikit "kurang", semoga ini dapat mengingatkan kembali nama-nama pengurus besar NU : MUSTASYAR K.H. Maemun Zubair Dr. K.H. Ahmad Mustofa Bisri K.H. Nawawi Abdul Jalil K.H. Abdul Muchit Muzadi Prof. Dr. K.H. M. Tholhah Hasan K.H. Dimyati Rois K.H. Makhtum Hannan K.H. Muhtadi Dimyathi AGH Sanusi Baco TGH Turmudzi Badruddin (NTB) K.H. Zaenuddin Djazuli K.H. Abdurrahman Musthafa (NTT) K.H. M. Anwar Manshur K.H. Habib Luthfi bin Yahya K.H. Sya’roni Ahmadi K.H. Ahmad Syatibi K.H. Syukri Unus Dr. H. M. Jusuf Kalla Prof. Dr. Chotibul Umam Prof. Dr. Tengku H. Mus

Politik di Bungkus Agama atau Agama di Bungkus Politik

Banyak elemen masyarakat yang alergi dengan politik, bahkan tukang becak dipinggir jalanpun sempat berkata "sopo wae seng dadi, aku tetep dadi tukang becak" kalau dalam bahasa Indonesia dapat saya artikan "siapapun yang jadi pemimpin, saya tetap jadi tukang becak". Hal ini terjadi mungkin masyarakat, utamanya elemen bawah sudah sangat kecewa dengan penguasa hasil politik. Mereka menganggap politik adalah sarana untuk menimbun kekayaan pribadi dan golongan, bukan untuk mensejahterahkan rakyatnya. Bahkan lebih ironis lagi, mereka menganggap kebijakan apapun yang dikeuarkan pemimpin, akan selalu merugikan mereka. Karena hal itulah banyak masyarakat saat pesta demokrasi berlangsung, mereka seakan tidak tertarik sama sekali, walaupun sebenarnya ada harapan mereka kepada penguasa terpilih agar bisa mensejahterahkan kalangan bawah. Sebenarnya didalam agama Islam sudah diatur segala segi kehidupan manusia, bahkan diluar manusiapun Islam mengaturnya. Islam a

Mabadi Khairo Ummah

Mabadi khairo ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga Nahdlatul 'Ulama melalui penanaman nilai - nilai yang dapat dijadikan prinsip dasar atau dengan kata lain Mabadi khairo ummah adalah prinsip dasar untuk membentuk umat terbaik. Mababadi Khairo Ummah merupakan langkah awal untuk pembentukan umat terbaik (Khairo Ummah). Hal ini diperlukan oleh keluarga besar Nahdlatul Ulama agar bisa melaksanakan kiprah NU yang Amar Ma'ruf Nahi Munka r. Kalimat Khairo Ummah diambil dari kandungan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 110 yang berbunyi: كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekirany